Yesus Kristus berfirman: “… barangsiapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4:21). Apa yang telah difirmankan oleh Yesus tersebut perlulah dimaknai dalam konteks yang luas, konteks yang universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama. Jadi bagi umat Kristen semua orang adalah saudara, dengan tanpa membedakan satu dengan yang lain berdasarkan agama, kepercayaan, suku, ras, dan sebagainya.
Gereja senantiasa berjuang untuk mewujudkan persaudaraan itu menjadi persaudaraan yang sejati. Persaudaraan yang didasarkan pada kasih yang saling menghargai, mengasihi, dan peduli satu dengan yang lain.
Mewujudkan persaudaraan berarti setiap orang menjalankan kewajiban untuk menjalin persaudaraan dengan orang lain dari berbagai suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya dengan tidak berpura-pura baik melainkan dengan serius, sungguh-sungguh, dan ketaatan secara total. Dan Yesus telah memberikan teladan dalam hal membangun “persaudaraan sejati” yakni kesetiaan hingga Dia rela disalib untuk kita.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membangun persaudaraan adalah dengan mengusahakan sikap yang baik, serta positif terhadap agama dan kepercayaan lain.
Gereja telah mewujudkan hal itu dengan senantiasa menunjukkan sikap yang baik terhadap agama dan kepercayaan lain, yang dalam hal ini dituangkan dalam dokumen Gereja yakni ”Unitatis Redintegratio, art.3”, juga dalam “Nostra Aetate Art.2”, yakni Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama lain serta mengajak seluruh umat Katolik agar dengan bijaksana dan cinta kasih mengadakan dialog dan kerja sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain untuk menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai.
Di sini Gereja Katolik meninjau dengan cermat, sikapnya terhadap agama-agama non-Kristen dalam tugasnya memupuk persatuan dan cinta kasih antar manusia. Gereja memandang bahwa kita adalah umat manusia yang merupakan satu masyarakat, mempunyai asal dan tujuan yang satu yaitu berasal dari Allah.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh pengikut Kristus adalah dalam sikap baik kita terhadap orang lain, apa pun latar belakang budaya dan agamanya, kita tidak boleh membenarkan apa yang bertentangan dengan kebenaran iman kita. Sikap baik itu bukan berarti menerima ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran iman kita, atau malah mencampur-adukkan ajaran agama kita dengan ajaran agama lain. Kita terpanggil untuk menyampaikan kasih Kristus dan membuat terang kita bercahaya kepada semua orang, agar orang yang melihat perbuatan kita memuliakan Bapa yang di sorga (Matius 5:16).
Pengikut Kristus terpanggil untuk menyampaikan kebenaran, bukan memaksakannya kepada orang lain, baik melalui kata dan perbuatan, bahwa Kristus adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia (Yohanes 14:6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar